Sedikit berbeda dengan Propinsi Papua Barat yang tampil lebih dulu, Propinsi Papua mengawali penampilan mereka dengan lantunan lagu penuh semangat yang diiringi musik akustik dan perkusi. Hentakan musik yang dimainkan oleh sekitar 8 orang, serta lantunan vokal dan koor yang gegap gempita, memaksa kita untuk tidak mengedipkan mata sedetikpun.
Bait demi bait lagu yang keluar dari suara para penyanyi semakin menambah decak kagum saya. Petikan syair yang sempat saya ingat kira-kira berbunyi seperti ini “Hitam kulit kriting rambut, aku Papua. Biar nanti langit terbelah, aku Papua”.
Melalui lagu ciptaan Bung Daniel itu para pemuda Papua mampu menyatakan rasa bangga mereka sebagai orang papua.
Ayunan emosi yang gegap gempita semakin terasa saat menyaksikan Tari Perdamaian yang dibawakan oleh 10 orang. Tarian yang diiringi oleh musik perkusi dan kocokan gitar ini bercerita tentang kesepakatan dari para pemimpin suku untuk menghentikan perang dan hidup dalam perdamaian dan kebersamaan.
Nuansa perang yang menakutkan dan mencekam digambarkan dengan gerakan lincah para penari laki-laki yang tiba-tiba muncul dengan membawa panah. Para penari itu tiba-tiba muncul di hadapan penonton lalu dengan gerakan cepat menarik busur dan (seakan-akan) melepaskannya ke arah penonton. Sebagian penonton dibuat kaget karena menganggap anak panah itu benar-benar dilepaskan dari busurnya. Sungguh menakutkan.
Hentakan kaki yang keras dan bergemuruh di lantai panggung dari pembawa busur pencabut nyawa itu seakan membawa kita pada suasana perang antar suku yang begitu mencekam dan mendebarkan.
Semangat perdamaian secara apik diaktualisasikan lewat aksi para penari yang menyerahkan panah dan busur panah kepada tetua adat. Setelah itu mereka membentuk formasi lingkaran kecil lalu berjoget dengan hentakan kaki yang lincah dan keras ke lantai panggung. Saking kerasnya, lantai panggung seakan bergemuruh. Gemuruh yang terdengar sangat harmonis dengan irama musik yang dimainkan dengan nada cepat. Penontonpun terbuai....
Diakhir penampilan mereka para penonton di ajak ikut naik ke atas panggung. Mereka diajak untuk bernyanyi bersama untuk melantukan lagu perdamian. Sambil bernyanyi mereka bergandengan tangan dengan erat. Panggung menjadi begitu sejuk, karena ada kasih sayang di sana. Kasih sayang yang muncul secara spontan karena aksi seni yang penuh penghayatan dan penuh dengan keseriusan
Sebuah penampilan yang sungguh luar biasa.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar