Cari Blog Ini

Kamis, 10 Juni 2010

SPIRIT PAPUA I


Dari 33 kontingen yang ikut serta dalam kegiatan Jambore Pemuda Indonesia 2010 di Kabupaten Landak yang berlangsung dari tanggal 1 – 6 Juni 2010, kontingen dari Papua adalah kontingen yang paling menarik bagi saya. Ketertarikan saya tidak sekedar dipicu oleh dua hal, pertama rasa solidaritas kemanusiaan yang tiba-tiba muncul saat mengingat sejarah panjang diskriminasi dan penindasan struktural yang dialami oleh propinsi ini selama puluhan tahun lamanya. Kedua, saya sangat penasaran untuk memahami lebih dekat ekspresi seni para pemuda Papua di tengah derasnya arus perubahan zaman. Masihkah mereka mampu menjaga naturalitas dalam berkesenian? Masihkah mereka mampu menjadikan lingkungannya sebagai inspirasi utama dalam berkesenian?

Solidaritas dan rasa penasaran membuat saya secara tidak sadar mengamati perilaku keseharian mereka, sejak awal tiba hingga keberangkatan mereka menuju kampung halaman..

Kontingen dari Papua adala kontingen yang tiba paling awal di lokasi pelaksanaan Jambore. Kalau tidak salah sekitar pukul 5 subuh Kontingen ini baru tiba di GOR Patih Gumantar, Kabupaten Landak. Kedatangan yan glebih awal menunjukan bahwa kontingen ini sangat serius untuk mengikuti kegiatan JPI yang berlangsung selama 6 hari itu.

Kontingen dari Papua mungkin kontingen yang paling kompak dan paling ceria. Tak ada waktu senggang yang terlewatkan tanpa nyanyian, pukulan perkusi, dan joget khas mereka. Bahkan di sela-sela kesibukan untuk mempersiapkan stand pameran, saya menyaksikan mereka tetap mampu menarik perhatian kontingen dari daerah lainnya lewat aksi seni spontan yang mereka tampilkan. Apalagi kalau bukan bernyanyi dan berjoget diiringi dengan kocokan gitar dan tabuhan perkusi.


Kontingen ini juga dikenal kontingen yang tidak pernah komplain dengan fasilitas yang disediakan oleh panitia. Mereka tidak pernah bersikap berlebihan seperti yang ditunjukan oleh kontingen dari Aceh yang mengancam panitia untuk melakukan boikot terhadap kegiatan bahkan mengancam untuk memerdekakan diri dari NKRI hanya karena kekurangan jatah veldbed.


Kotingen dari Papua juga tidak pernah terlibat dengan aksi protes seperti yang dilakukan kontingen dari beberapa propinsi lain yang mempersoalkan kekurangan air, minimnya fasilitas kamar mandi, dsb.

Pendek kata, kontingen dari Papua dapat menjadi contoh dan panutan bagi seluruh peserta yang tetap selalu bersemangat walau harus tinggal dalam suasana perkemahan yang serba kekurangan.

1 komentar: