Cari Blog Ini

Kamis, 10 Juni 2010

Spirit Papua III


Pentas seni dan budaya provinsi yang digelar selama 2 malam berturut-turut dijadikan media oleh kontingen dari Papua untuk unjuk apresiasi.

Dimulai dari propinsi Papua Barat dan dilanjutkan dengan Propinsi Papua. Penampilan pemuda dan Pemudi Papu ini sungguh menggetarkan emosi dan perasaan kita.

Papua Barat menampilkan tarian berjudul Bambu Tui. Tarian ini berlatarkan perang antar marga yang terjadi pada Suku Moi yang tinggal di Kabupaten Sorong. Perang antar Suku tersebut dikenal dengan Perang Hongi.

Dalam tarian itu tergambarkan semangat perang para anggota suku yang heroik dan menyala-nyala. Hal itu tergambarkan dalam irama musik yang diikuti oleh gerakan tubuh yang cepat dan rancak.

Rasa sesal atas perang digambarkan dengan bahasa tubuh para penari yang tertunduk lesu sambil menggosokan pergelangan tangan di area mata, seperti gerakan seseorang yang sedang menghapus linangan air mata. Musik yang pada awalnya gegap gempita diganti dengan bunyian perkusi yang ditabuh perlahan. Rasa-rasanya kita terlibat begitu dekat dalam emosi penyesalan itu. Rasa-rasanya kita ikut terlibat pula dalam suasana batin rakyat Papua yang menginginkan perdamiaan, persatuan dan kesatuan di tanah Papua yang kaya namun dipenuhi oleh noda hitam pertikaian dan penindasan itu.

Dalam pementasan berdurasi kurang lebih 20 menit itu, semangat heroik masih tetap ditampakan pada saat adegan tentang perang telah usai. Kali ini semangat heroik itu di aktualisasikan untuk menggambarkan upaya perdamaian. Perdamaian ini dilakukan setelah timbul rasa sedih dan penyesalan yang dalam dari para anggota suku yang terlibat dalam peperangan.

Tarian Bambu Tui ditutup dengan mengucapkan mantra oleh para penari secara serentak dan lantang, “Naso Lano Naigi Allao, mele, ali, tuluk, saknisan Bambu Tui (Allah putih di atas, Allah Hitam di bawah, satu, dua, tiga pemotongan bambu Tui)”. Setelah mantra diucapkan, secara serentak para penaripun memotong bambu.

Tarian ini terasa begitu lengkap dan sangat menghibur. Ada suasana perang yang mencekam, ada suasana penyesalan yang memancing rasa haru, ada suasana gembira karena perdamaian. Semuanya teraktualisasi dari penampilan 10 penari putra dan putri yang sangat memikat dan penuh dengan semangat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar